Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2015

Kirim Naskah ke Kompas Anak

Assalamu'alaikum. Hai teman-teman! Untuk kalian yang ingin mengirim cerpen, artikel, atau rubrik ke Kompas Anak, berikut ini persyaratannya: Cerpen atau artikel. Maksimal panjang 3 halaman kuarto untuk cerpen. Maksimal panjang 4 halaman kuarto untuk rubrik Boleh Tahu. Diketik 2 spasi. Cantumkan nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, nomor telepon, dan nomor rekening. Kirim via surat ke:             Kompas Anak            Jl. Palmerah Selatan No 26-28 Jakarta 10270            Email:   kompas@kompas.com   atau   kompas@kompas.co.id Sumber: nailayumnasalsabila.blogspot.com

Di Siang Hari yang Indah

Hari itu, bulan September. Aku pulang sekolah jalan kaki melewati perkampungan. Sebenarnya, uangku masih cukup untuk naik angkot. Tetapi, aku malas karena nantinya pasti macet, dan tidak ingin berlama-lama di dalam mobil berwarna biru yang sumpek. Kebetulan, hari itu Ibuku datang ke sekolah menaiki angkutan umum bersama kedua adik. Ibu ke sekolah saat siang karena sebuah urusan. Dan Ibuku juga setuju melewati perkampungan karena penasaran. "Seperti apa sih indahnya perkampungan yang kakak ceritakan?" tanya Ibu. Kami pun langsung berangkat begitu bel berbunyi. Perkampungan itu berada di sebelah kiri sekolah. Itu adalah jalan pintas menuju rumahku, yang berada di sebuah komplek. Sedangkan jalan raya berada jauh di sebelah kanan. Aku terus berjalan bersama Ibu, dan adik kembarku. Kami melewati pepohonan rindang, lalu belok kiri, menurun ke jalan yang curam dan berkelok. Kemudian melewati pepohonan jati yang berbaris teratur. Beberapa berkas sinar matahari di siang

Kenalan Yuk, Denganku!

Assalamu'alaikum, teman-teman. Namaku Mochi. Buluku berwarna kelabu putih. Saat ini aku berusia kira-kira lima bulan. Aku tinggal di sebuah rumah bersama majikanku sayang. Aku suka sekali makan ikan. Tetapi, majikanku sering memberiku biskuit berukuran sedang. Rasanya sangat sedap, tidak kalah enak dengan ikan. Majikanku sangat sayang padaku. Dan aku pun begitu. Dengan baik, ia merawat dan jarang sekali memarahiku. Aku paling tidak suka dengan air. Dan aku benci sekali bila disuruh mandi dengan air dingin. Jika majikanku membawaku ke kamar mandi, aku selalu memberontak dan lari pontang-panting. Teman-teman, sudah dulu yang kita berkenalan. Sampai jumpa nanti bila ada kesempatan. Terima kasih sudah meluangkan waktu untukku. Wassalamu'alaikum.
Untukmu, Bintang Kejora Karya: Naila Yumna Salsabila Menarilah..... Menarilah wahai bintang kejora Di angkasa raya tempat kau menyapa Bersama bulan yang indah nan bercahaya Menghiasi langit yang gelap gulita Di pekatnya malam Kau selalu menemani bulan Bernyanyi, menari, dan bersenang-senang Di atas langit gelap yang membentang Angin berhembus di sini Meliukkan ilalang di tempatku berdiri Sembari menatapmu dengan iri Oh, Bintang, andaikanku bisa terbang tinggi Jonggol, 09 September 2015
Puisi Untuk Ibu Karya: Naila Yumna Salsabila Masih terngiang Sebuah nyanyian Yang selalu kau lantunkan Di saat siang berganti malam Masih teringat Ketika kau bacakan Sebuah kisah tentang raja Atau dongeng malin kundang Tak pernah engkau bosan Mendengar kisah yang selalu kusampaikan Saat pulang dari tempat belajar Atau sepulang bermain kejar-kejaran Wajah yang lelah Selalu kau sembunyikan, Di dalam kelembutan, Yang selalu kau tampakkan Ibu… Andai kau tahu Betapa aku menyayangimu Walau aku selalu membantah nasehatmu Ibu, disetiap langkahku kau iringi do’a Agarku bisa meraih cita-cita Dan agar aku bisa membahagiakan keluarga Ibu, maafkan aku bila ada salah, bila aku membantah, dan bila aku membuatmu susah Ini puisi untukmu Ibu Puisi sederhana yang hanya dapat kuberikan padamu Walaupun sekarang bukan hari ulang tahunmu Juga bukan hari Ibu Hanya satu kalimat yang dapat kusampaikan "Terima kasih Ibuku tersayang"
Hangatnya Cinta di Musim Dingin Karya: Naila Yumna Salsabila Hujan salju pertama tlah menghampiri Mengetuk jendela tempat imajinasi menari Menyapa kehidupan di bumi  Menutup tanah menjadi pucat pasi Kini hari-hari berselimut salju Matahari pun terlihat kelabu Amarah angin mender-deru Menyihir telaga biru menjadi beku Musim dingin yang panjang pun datang Membekukan tulang belulang Tetapi semua itu tak akan bisa Mengusir hangatnya cinta ikatan keluarga Jonggol, 09/09/2015
Nelayan Karya: Naila Yumna Salsabila Terlihat perahu-perahu nelayan Menerjang ombak besar Untuk bekerja di lautan Dan untuk memenuhi kebutuhan Pergi malam, pulang fajar Belum tentu membawa uang Kadang keselamatan mereka yang jadi korban Hanya demi keluarga tersayang Kadang mereka tidak tidur Kadang mereka tidak makan Mencari nafkah tanpa kenal lelah Di dalam perahu yang kecil dan basah
Negeri Dongeng Karya: Naila Yumna Salsabila Sayup-sayup, terdengar terompet para peri Di balik bukit yang indah nan tinggi Di bawah naungan langit berseri dan manisnya senyum sang mentari Di antara ranting-ranting cemara Ratu Angin bernyanyi gembira Bersiul di atas liukan ilalang Berbisik di atas hamparan bunga membentang Musik magis sang Dyard yang melantun di udara Terdengar sampai ke pelosok negeri Mengambang di antara kabut tipis mempesona Di dalam hutan yang penuh misteri Terlihat para unicron berlari riang Di lembah dengan padang rumput menghampar Menyapa beberapa pegasus yang tengah terbang Dengan bulu elok dan sayap terbuka lebar Dalam goa gelap gulita Para troll mungil menari ceria Melompat-lompat, bergelinding di lumut hijau tua Bernyanyi riang di lingkupan cahaya obor yang menyala Di ujung lengkung pelangi Terdengar kecipak mandi tujuh Bidadari Bermain, bersenda gurau di tepi telaga Berkejar-kejaran dengan hati gembira Jauh di tengah hutan
Di Tepi Senja Karya: Naila Yumna Salsabila Ku duduk di sini... Di senja hari di bulan Juni Menikmati hembusan angin yang menari Di antara nyanyian bunga-bunga Lili Sejauh mata memandang... Gunung tinggi menjulang Di langit dengan cahaya keemasan Di senja hari yang temaram Kini matahari telah menutup tirainya Menutup tirai berhias bulan yang bercahaya Yang selalu dihuni bintang-bintang kejora Dan mengundang kelelawar keluar mencari mangsa Jonggol, 03 September 2015