Skip to main content

Posts

Mendadak Hafizhah

 Oleh : NYS Naura melangkah ke luar. Tangannya menjinjing sebuah layangan. Hari ini, angin lumayan kencang. Pasti cocok untuk menerbangkan layangan. Naura menggulung benang. Bersiap berlari di tanah lapang berumput tipis karena sering terinjak anak-anak. Tetapi, tiba-tiba terdengar suara Ibu memanggil. “Nauraa, ganti baju, waktunya ngaji….” Naura menghela napas panjang. Ia paling tidak suka saat-saat itu. Mengganti celana training dengan rok, dan menyembunyikan rambut pendek dalam jilbab. Sebenarnya, ia hendak berlari sekencang-kencangnya. Berlari dengan angin, dan menari bersama layang-layang. Tetapi, Ibu memanggil untuk yang kedua kali. Dengan terpaksa, Naura bersiap-siap untuk mengaji. Tak lama kemudian, Naura, yang sifatnya seperti anak laki-laki itu ke luar kamar. Ia melangkah dengan gamis berwarna biru. Di punggungnya, tergantung sebuah ransel kecil berisi Iqra dan Juz Amma. Tetapi, layangan masih terlihat di tangan. Sambil tersenyum manis, Naura mencium tangan Ibu yang tengah du
Recent posts

Dia yang Bernama Jakarta

Aku termenung menikmati sudut-sudut kota Jakarta. Di sebuah kios pinggir jalan ditemani segelas matcha latte , menikmati suasana hiruk pikuk kendaraan yang tak bisa lepas dari suasana ibukota.  Sejenak menghempas rasa yang diri tak bisa ungkapkan pada manusia. Agaknya asap-asap kendaran telah menguapkan semua rasa yang menyesak dada.  Kuedarkan pandangan, mencoba merasakan atmosfer yang telah menjadi sesuatu yang tak asing lagi.  Sudah beberapa tahun tak bersua. Kali ini kembali kusapa Jakarta dengan segala kefamiliar-annya.  Jakarta. Tak seindah Amsterdam dengan De Gooyer-nya. Tak seromantis Italia dengan Roma dan Venesia-nya. Tapi ia telah menyimpan beribu memoar perjalanan usia yang tak pernah bisa ditebus dengan keindahan manapun di dunia.  Hawanya membawaku pada langkah-langkah kaki kecil tak beralas yang berlarian tanpa beban.  Ia membawaku pada segurat senyum paling tulus yang pernah ada dalam hidup.  Ia membawaku kembali pada hangat peluk di masa-masa itu. Ia menemani langkah-l

Secarik Surat dari Anak-anak Palestina

  Oleh : Naila Yumna Salsabila.  Aku iri denganmu Kala kau terbangun oleh suara merdu Ibumu, Disuguhi sepiring roti dan susu Langkah kaki menuju tempat menimba ilmu. Sedangkan kami? Kemana Ibu? Dimana ayahku?  Dan pagi yang seharusnya dipenuhi canda tawa adik-adikku? Fajar kami disambut suara rudal dan peluru. Raung sirine menjemput tangis anak-anak mencari ibu. Desing senjata memecah tangis pilu Bahkan sang mentari  takut tersenyum padaku. Duhai, sungguh aku iri Dengan tempat mengadu yang tak kau syukuri Menyambutmu sepulang sekolah  dalam kehangatan canda tawa nanti ramah Mamun menapa mereka menyakiti ibu? Menembak ayahku? Kenapa mereka terjunkan rudal untuk mengambil teman-temanku? Merampas tanahku, Tempat ibadahku. Kemanakah keadilan itu? Apakah hanya karena kami anak-anak Palestina? Apakah karena kami menganut agama yang berbeda?  ` Siangmu ceria, bermain bersuka ria Sedangkan kami, adakah kesempatan bagi kami, untuk tak menangis barang sebentar saja? Pemandangan kami hanya jet-je

Review Buku KKPK Rahasia Aisyah

oleh : Anina Sinai Judul Buku            : Rahasia Aisyah Penulis                   : Naila Yumna Salsabila Penyunting            : Dadan Ramadhan dan Saptorini Cetakan Pertama : Desember, 2016 Penerbit                 : Mizan Jumlah Halaman : 108 halaman ISBN                       : 978-602-420-060-2 Ammar menyalakan keran air, tetapi airnya tidak keluar. Tak lama, keran itu justru mengeluarkan darah.  “Hah, kok darah?” Ammar sangat kaget.  Tiba-tiba ada suara, “tidak usah mandi! Kamu sudah menghabiskan air di dalam perutku! Sekarang kamu sudah tahu akibatnya.”  “Ka … ka … kamu siapa?”  “Aku adalah Bumi! Persediaan airku habis karena kamu! Sekarang kamu yang harus tanggung jawab!”  Tiba-tiba, keluar tangan-tangan panjang dari lubang saluran air yang berusaha menangkap tubuh Ammar. (Balas Dendam Bumi, hal 59)  Aisyah adalah murid baru yang dicap sombong oleh teman-temannya. Setiap hari dia berangkat sekolah naik taksi. Di sekolah Aisyah tidak mau bergabung dengan temannya, ketika ada y

Allah Punya Cara Mengabulkan Do'a ; Aku, Darunnajah, dan Ahmad Fuadi.

  Cipining, 2018 "Hah, Negeri 5 Menara bakal syuting di Darunnajah?" Seorang gadis berkerudung hitam di sampingku mengucek-ngucek pandangan tak percaya. Beberapa kepala mengangguk membenarkan perkataannya. Aku hanya bisa terdiam mendengarkan, sambil sesekali berdecak kagum. Pagi hari usai menyelesaikan amaliyah, kami berkumpul di kamar, saling berbagi cerita remeh temeh, atau sekedar berbagi kabar yang sekiranya sedang  trendic topic  di asrama Kampus 1. Kali ini, suasana kamar di penuhi euforia Negeri 5 Menara yang akan mengadakan syuting di pesantren kami Darunnajah 2 Cipining. Bukan hanya pagi ini saja, tapi agaknya euforia itu menyebar hingga sepanjang hari, dan menjangkiti hampir seluruh penghuni asrama rayon Aisyah. "Kabarnya, liburan semester 1 ini, mereka bakal dateng ke sini buat riset lokasi, kita kan nggak pulang, jadi siapa tahu bisa ketemu pemainnya!" sahut salah satu temanku, berharap. "Kabarnya juga, filmnya bakal ditayangin pas Ramdhan, jadi syu

Tentang Dia yang Sempurna

  بسم الله الرحمن الرحيم Lagi-lagi, malam ini, suasana kamar dipenuhi celoteh tentang gadis itu. Gadis yang seakan menyihir pandangan para santriwati di kamar nomor 169. Seorang perempuan yang sempurna, setidaknya menurut mereka. Jika kau bertemu dan hanya sekilas mengenalnya, mungkin kau akan bertanya-tanya, sempurna? Dari mana? Tidak, ia sempurna bukan karena kecantikan yang dipoles make up. Tapi karena aura ketenangan yang terpancar dari hatinya. Matanya teduh bak naungan pepohonan di tepi telaga surga. Senyumnya hangat, lebih hangat daripada perapian dari rumah terhangat di seluruh dunia. Kecerdasannya bukanlah karena menduduki peringkat 5 besar di kelas, atau bukan pula karena aktif di organisasi2 asrama. Ia cerdas, dari pemikirannya yang dewasa dan bijaksana. Aktif dan dikenal karena rasa kepedulian terhadap sesama. Meski hanya satu dua patah kata yang terucap, tutur katanya bukanlah sebuah kalimat sia-sia belaka, namun tasbih yang diam-diam selalu dibisikkannya. Ya, ia sempurna.

My 2nd Book (Antologi), PECI Hilma yang Amanah

Tiba-tiba dapat kabar, ada paketan atas namaku. Bingung. Siapa yang ngirim paketan? Perasaan Ibu nggak rencana mau kirim paket, atau Indiva? Jangan-jangan bukti terbit buku antologi. Buru-buru, lari ke TU, eh ternyata firasatku benar.  Alhamdulillah telah lahir (sebenarnya ini udah 2 tahun yang lalu sih :( maaf baru posting sekarang) buku keduaku antologi PECI Hilma Yang Amanah. Kolaborasi dengan penulis-penulis cilk hebat yang aku saja nggak nyangka bisa sebuku bareng mereka, alhamdulillah. :D Ini dia informasi dan sinopsisnya!  JUDUL : Hilma yang Amanah Penulis : Nadia Shafiana Rahma, Maziya Mufidah Mumtaza Ilmi, Ainun Mubin Misbah N, Naila Yumna Salsabila, Nasywa Dellia Puteri, Kamila Fatimatuzzahro, Rafika Widyanasari Tebal : 144 halaman Ukuran : 20 cm Lini : PECI ISBN : 978-602-5701-03-0(-) Sinopsis : Hilma dikenal sebagai anak yang disiplin dan bertanggung jawab. Siang tadi Fira minta tolong padanya untuk membelikan permen kapas apel. Hilma bersedia dan berjanji akan mengantarkan