Hai, Halloooo frens! Hari Minggu ini, aku ingin memberi tahu hal apa saja yang membuat cerita menarik. Apa saja itu? Penasaran kaan? Yuk, disimak! :)
Para penulis yang baik sama halnya dengan koki yang baik. Mereka memiliki resep-resep andalan dan bahan-bahan lengkap untuk dimasak. Ketika bekerja, tangan mereka seperti sudah otomatis menaruh apa saja ke dalam panci masak mereka. Dan hasilnya selalu enak.
Nah, sebagaimana para koki, para penulis yang baik juga memiliki resep-resep andalan dan bahan-bahan yang lengkap untuk diolah. Kita bisa belajar mengikuti resep-resep untuk menghasilkan tulisan yang baik. Dan mungkin melahirkan kejutan dari sana. Tetapi tanpa imajinasi dan kreativitas, resep itu hanya akan menjadi resep biasa saja. Hm, kok bisa? Daripada penasaran, simak resep umum yang bisa kita gunakan sesuai dengan imajinasi dan kreativitas masing-masing, yuk!
1. Pada bagian pembuka, segera tunjukkan persoalannya pada pembaca. Munculkan tokoh utama atau setidaknya persiapkan kemunculannya melalui peristiwa yang akan menyeretnya ke liku-liku cerita selanjutnya.
3. Tunjukkan "tokoh baik" dan "tokoh jahat" melalui tindakan mereka. Dengan cara ini kita bisa melibatkan emosi pembaca. Bahkan jika tokoh utamanya adalah orang yang jahat, tokoh kita bisa tetap disukai apabila kita mampu memperlihatkan perilaku-perilaku tertentu dari tokoh yang membuat pembaca jatuh hati padanya.
5. Bangunlah wilayah konflik. Contohnya, jika latar cerita adalah sebuah kerajaan, maka bisa kita buat wilayah konfliknya adalah hubungannya dengan keluarga kerajaan, dan dayang-dayang.
Badan Cerita
6. Kembangkan karakter-karakter kita melalui tindakan dan dialog. Show, don't tell, begitulah nasihat yang sering kita dengar.
7. Beri karakter kita motivasi yang cukup untuk tiap tindakan dan perkataan mereka.
8. Kembangkan plot sebagai rangkaian persoalan serius yang makin meningkat. Misalnya, tokoh kita menemukan tongkat sihir di bagian awal, menghadapi penyihir di bagian tengah, dan menghadapi bahaya kematian karena tongkat sihirnya berhasil direbut sang penyihir, dan penyihir itu mengira tokoh utama yang mengambilnya di bagian akhir.
Bagian Akhir
9. Tampilkan di bagian ini konflik yang paling besar segera setelah sesuatu berkembang sedemikian rupa dan membahayakan. Satu tindakan keliru, semuanya berantakan. Inilah yang disebut klimak, yang sebetulnya sudah tersirat sejak awal tetapi benar-benar tidak bisa diperkirakan.
10. Ingatlah bahwa tidak ada kebetulan yang terus menerus dalam sebuah cerita. Kenapa tokoh kita bernama Seina, misalnya. Kenapa ia memutuskan ingin memelihara kucing hutan? Tentu saja kita bisa menulis suka-suka kita karena kita adalah dalang bagi cerita kita sendiri. Akan tetapi, jika kita memiliki alasan untuk semua itu, cerita kita akan lebih menarik karena menyodorkan pembaca banyak lapisan makna.
11. Pahami konvensi (kesepakatan) dan langgarlah hanya jika kita punya alasan kuat untuk hal tersebut. Misalnya, kita mau menulis cerita detektif. Bagaimana kalau detektif kita adalah seorang laki-laki yang suka membaca, dan suka bergaul? Hm, pasti itu sudah sering ada di cerita-cerita kan? Tetapi bagaimana jika kita membuat dektektif itu adalah seorang anak perempuan pemalu, suka minum jamu, dan tidak suka baca buku? Tidak umum? Tetapi tokoh ini mungkin akan memberikan kejutan tersendiri. Ia memiliki sekian banyak keterbatasan, dan dengan segala keterbatasan itu ia mengatasi persoalan.
Pertama, membaca. Iya, dong. Dengan banyak membaca, kita jadi punya bahan untuk membuat cerita kita lebih menarik. Tapi, tidak hanya membaca saja yang menjadi sumber ide. Menonton film, jalan-jalan, mendengarkan lagu sambil menonton video klipnya, bahkan saat naik angkutan umum, kita bisa mendapat segudang ide.
Misalnya saat ikut Ibu pergi ke pasar, kita melihat seorang perempuan berpakaian biasa, tetapi memakai sepatu bot. Padahal hari itu tidak banjir, ataupun becek. Nah, di situ kita bisa mengembangkan imajinasi, dan dapat kita ramu untuk membuat cerita kita lebih menarik.
Kedua, tentu saja menulis/latihan. Yup, hanya latihan-latihan-latihan, menulis-menulis-menulislah yang akan membuat kita terlatih untuk menjadikan cerita kita menarik.
Jadi bagaimana? Sudah siap untuk melanjutkan tantangan menulis yang kita temukan? Yuk, menulis. Teruslah menulis, teruslah berkarya! Ayoo berkaryalah untuk Indonesia! Keep writing...
Para penulis yang baik sama halnya dengan koki yang baik. Mereka memiliki resep-resep andalan dan bahan-bahan lengkap untuk dimasak. Ketika bekerja, tangan mereka seperti sudah otomatis menaruh apa saja ke dalam panci masak mereka. Dan hasilnya selalu enak.
Nah, sebagaimana para koki, para penulis yang baik juga memiliki resep-resep andalan dan bahan-bahan yang lengkap untuk diolah. Kita bisa belajar mengikuti resep-resep untuk menghasilkan tulisan yang baik. Dan mungkin melahirkan kejutan dari sana. Tetapi tanpa imajinasi dan kreativitas, resep itu hanya akan menjadi resep biasa saja. Hm, kok bisa? Daripada penasaran, simak resep umum yang bisa kita gunakan sesuai dengan imajinasi dan kreativitas masing-masing, yuk!
Bagian Pembuka
1. Pada bagian pembuka, segera tunjukkan persoalannya pada pembaca. Munculkan tokoh utama atau setidaknya persiapkan kemunculannya melalui peristiwa yang akan menyeretnya ke liku-liku cerita selanjutnya.
2. Munculkan tiap karakter pada situasi yang tepat. Sebagai contoh, jika
di bagian ujung kita akan menggambarkan tokoh berhasil mengalahkan
musuhnya, tunjukkan di bagian awal bagaimana dia kewalahan menghadapi
orang tersebut.
3. Tunjukkan "tokoh baik" dan "tokoh jahat" melalui tindakan mereka. Dengan cara ini kita bisa melibatkan emosi pembaca. Bahkan jika tokoh utamanya adalah orang yang jahat, tokoh kita bisa tetap disukai apabila kita mampu memperlihatkan perilaku-perilaku tertentu dari tokoh yang membuat pembaca jatuh hati padanya.
4. Bangunlah latar cerita yang meyakinkan, baik itu latar tempat, latar waktu, latar suasana, maupun latar sosial.
5. Bangunlah wilayah konflik. Contohnya, jika latar cerita adalah sebuah kerajaan, maka bisa kita buat wilayah konfliknya adalah hubungannya dengan keluarga kerajaan, dan dayang-dayang.
Badan Cerita
6. Kembangkan karakter-karakter kita melalui tindakan dan dialog. Show, don't tell, begitulah nasihat yang sering kita dengar.
7. Beri karakter kita motivasi yang cukup untuk tiap tindakan dan perkataan mereka.
8. Kembangkan plot sebagai rangkaian persoalan serius yang makin meningkat. Misalnya, tokoh kita menemukan tongkat sihir di bagian awal, menghadapi penyihir di bagian tengah, dan menghadapi bahaya kematian karena tongkat sihirnya berhasil direbut sang penyihir, dan penyihir itu mengira tokoh utama yang mengambilnya di bagian akhir.
Bagian Akhir
9. Tampilkan di bagian ini konflik yang paling besar segera setelah sesuatu berkembang sedemikian rupa dan membahayakan. Satu tindakan keliru, semuanya berantakan. Inilah yang disebut klimak, yang sebetulnya sudah tersirat sejak awal tetapi benar-benar tidak bisa diperkirakan.
Yang Harus Diingat
10. Ingatlah bahwa tidak ada kebetulan yang terus menerus dalam sebuah cerita. Kenapa tokoh kita bernama Seina, misalnya. Kenapa ia memutuskan ingin memelihara kucing hutan? Tentu saja kita bisa menulis suka-suka kita karena kita adalah dalang bagi cerita kita sendiri. Akan tetapi, jika kita memiliki alasan untuk semua itu, cerita kita akan lebih menarik karena menyodorkan pembaca banyak lapisan makna.
11. Pahami konvensi (kesepakatan) dan langgarlah hanya jika kita punya alasan kuat untuk hal tersebut. Misalnya, kita mau menulis cerita detektif. Bagaimana kalau detektif kita adalah seorang laki-laki yang suka membaca, dan suka bergaul? Hm, pasti itu sudah sering ada di cerita-cerita kan? Tetapi bagaimana jika kita membuat dektektif itu adalah seorang anak perempuan pemalu, suka minum jamu, dan tidak suka baca buku? Tidak umum? Tetapi tokoh ini mungkin akan memberikan kejutan tersendiri. Ia memiliki sekian banyak keterbatasan, dan dengan segala keterbatasan itu ia mengatasi persoalan.
Mungkin cukup sekian, teman-teman. Semoga penjelasan tersebut
mudah dimengerti. Tapi, eits eits, jangan pindah web dulu, karena aku ingin menambahkan dua hal yang akan membuat
cerita kita menarik.
Pertama, membaca. Iya, dong. Dengan banyak membaca, kita jadi punya bahan untuk membuat cerita kita lebih menarik. Tapi, tidak hanya membaca saja yang menjadi sumber ide. Menonton film, jalan-jalan, mendengarkan lagu sambil menonton video klipnya, bahkan saat naik angkutan umum, kita bisa mendapat segudang ide.
Misalnya saat ikut Ibu pergi ke pasar, kita melihat seorang perempuan berpakaian biasa, tetapi memakai sepatu bot. Padahal hari itu tidak banjir, ataupun becek. Nah, di situ kita bisa mengembangkan imajinasi, dan dapat kita ramu untuk membuat cerita kita lebih menarik.
Kedua, tentu saja menulis/latihan. Yup, hanya latihan-latihan-latihan, menulis-menulis-menulislah yang akan membuat kita terlatih untuk menjadikan cerita kita menarik.
Jadi bagaimana? Sudah siap untuk melanjutkan tantangan menulis yang kita temukan? Yuk, menulis. Teruslah menulis, teruslah berkarya! Ayoo berkaryalah untuk Indonesia! Keep writing...
Cukup sekian ya kawan-kawan... Tunggu tips-tipsku selanjutnya. Terima kasih telah mengunjungi blogku. Jangan lupa tinggalkan komentar. Salam manis! ^_^
Ayo semangat dong sayang. Bikin cerita yang banyak!! 😚
ReplyDeleteMakasih bapakku tersayang. SEMANGAAT!!! :*
Delete