Teman-teman, aku ingin bercerita tentang burung kedasih yang menitipkan anaknya ke burung perenjak. Ini adalah tragedi yang menguras
perasaan dari dunia burung. Ikutilah kisah burung prenjak dan burung kedasih
ini. Dunia ilmu pengetahuan mengenalnya sebagai fenomena parasit sarang.
Burung kedasih tidak bisa membuat sarang. Kelemahan itu ditambah lagi dengan tidak mau memelihara anaknya. Maka ketika ingin bertelur, burung kedasih mencari burung yang akan menjadi inang bagi anaknya. Seringkali incarannya adalah burung prenjak.
Ketika burung prenjak masih di sarang, burung kedasih mengintipnya. Baru ketika burung prenjak terbang untuk mencari makan, burung kedasih segera bertelur di sarang burung prenjak. Coba perhatikan! Telur burung kedasih lebih besar dibanding burung prenjak. Tapi namanya juga burung, prenjak tidak curiga ada satu telur yang berbeda di antara telur-telurnya. Dia tidak menghitung berapa jumlah telur saat dia meninggalkannya.
Telur burung kedasih yang lebih besar, lebih cepat menetas. Luar biasanya, meski baru menetas, naluri burung kedasih ini sudah menjengkelkan. Dia akan mendorong telur-telur prenjak yang belum menetas ke luar sarang. Tentu saja telur-telur prenjak itu akan busuk dan bahkan pecah.
Si burung prenjak masih tidak
tahu kalau telur yang baru menetas itu bukan anaknya. Dia akan memberinya makan
dan mengasuhnya setiap hari. Hasilnya, menjadi potret yang mengharukan. Induk
prenjak sedang memberi makan “anaknya” yang bertubuh lebih besar darinya. Mungkin
dia sudah merasakan kelainan anaknya yang bongsor. Tapi dia yang
mengeraminya, jadi tetap sayang.
Kawan-kawan, kalian jangan dulu berpikir kalau burung kedasih adalah burung yang jahat. Karena memang naluri alami mereka seperti itu. Burung kedasih menjatuhkan telur-telur burung prenjak karena ia merasa kesempitan dengan tubuhnya yang besar.
Burung prenjak juga burung yang baik hati. Walaupun ia tahu kalau sebenarnya si burung kedasih bukan anaknya, ia pasti akan tetap merawat anak asuhnya. Karena bagaimanapun burung kedasih itu lahir di sarangnya, dan ia yang mengerami. Mana mungkin ia membuang anak asuhnya yang masih bayi? Tapi, jika burung prenjak itu punya akal sih... Hehehe...
Nah, teman-teman, bagaimana bila kita menjadi burung
prenjak? Atau bila menjadi burung kedasih yang tidak sadar mesti “mencelakai”
adik-adiknya, bagaimana perasaan kita? Ini adalah fenomena menarik. Nah sahabat, sudahkah
punya ide untuk dibuat cerpen? Jika sudah, segeralah ambil sebuah buku dan pensil lalu tulislah. :)
Mampir yaaa. Tulisannya kereen. :)
ReplyDeleteWaah, terima kasih Kak Muthia Fadhila Khairunnisa. Tulisan Kakak lebih keren, lho! :D :D
DeleteWah, blognya baguuussss banget!! http://esa-mr.blogspot.co.id >> kUnjungi ya
ReplyDeleteTerima kasih. Nanti aku kunjungiii.... :D
DeleteWAH, BLOGNYA BAGUS LHOOO!! Kurang CBOX doang, kalau ada CBOX pasti ramai banget! Kunjungi blogku yang gak begitu bagus dibanding ini ya >> http://www.giftasblog.co.vu/
ReplyDeletePlease kritik dan saran untuk blogku
Terima kasih Gifta. CBOX-nya sudah ada. Tapi nggak sekeren CBOX kamu. Makasih sudah mengunjungi blogku. Blog kamu juga bagus kook! ^_^
ReplyDelete