Teman-teman, terkadang kita sudah membuat sebuah cerita yang panjang. Tetapi, kenapa,
ya, ceritanya terasa datar dan garing. Hmm, perlu kita cermati, apakah
ada konflik dalam cerita itu? Tapi apa itu konflik? Bagaimana caranya meramu dan membuat konflik
agar menarik? Hm, simak penjelasan di bawah ini yuk!
Konflik penting, lho, sahabat! Konflik berfungsi ntuk mendorong dan membangun sebuah cerita. Dengan adanya konflik, cerita menjadi dinamis. Pembaca akan penasaran, bagaimana konflik itu akhirnya terselesaikan. Pada dasarnya, konflik bisa dibagi dalam 4 jenis, yaitu:
1. Individu vs Individu
Tokoh utama berkonflik dengan tokoh lain dalam cerita. Misalnya, seorang anak yang selalu juara kelas berselisih dengan anak yang selalu curang dalam ulangan.
2. Individu vs Kelompok
Tokoh utama berkonflik dengan kelompok. Misalnya, seorang anak harus menghadapi segerombolan perampok.
3. Individu vs Diri Sendiri
Ada perang batin dalam diri tokoh utama. Misalnya, seorang anak yang mencuri karena mau menolong orang lain. Dia bingung apakah perbuatannya benar atau salah.
4. Individu vs Alam/Lingkungan
Tokoh utama berkonflik dengan alam atau lingkungan sekitar. Misalnya perjuangan seorang anak ketika musim kemarau panjang melanda desanya.
Nah, setelah kalian tahu tentang berbagai jenis konflik, aku punya beberapa tips nih untuk membuat konflik menarik!
1. Kalian bisa mengombinasikan jenis-jenis konflik di atas. Konflik dalam sebuah cerita boleh lebih dari satu. Namun, semua harus saling mendukung dan ada satu konflik utamanya.
2. Sebaiknya, konflik terselesaikan di dalam cerita. Jadi, ketika membuat konflik, tentukan juga solusinya, ya! Akhir cerita tidak harus bahagia, kok. Bisa juga sad ending atau akhir cerita sedih dan twist ending atau akhir cerita yang tak terduga oleh kita.
3. Kalau perlu, buatlah tabel konflik yang berisi konflik-konflik yang akan kamu tampilkan beserta cara penyelesaiannya.
4. Ceritakan penyelesaian konflik dengan cara masuk akal, tidak mengada-ada. Misalnya, dua anak berebut roti, tiba-tiba dilerai Nenek bijaksana. Bagaimana mungkin Nenek itu tiba-tiba muncul?
5. Buat konflik di awal cerita supaya pembaca tertarik. Jika kamu meletakkan konflik di belakang, pembaca keburu meninggalkan ceritamu karena bosan
Penjelasan tentang konflik, sudah. Tips untuk membuat konflik, sudah.
Sekarang, tulislah ceritamu. Jangan lupa untuk memasukkan konflik ke
dalamnya, supaya ceritamu semakin seru! Ingat, teruslah menulis! Karena, dengan menulis, berarti kita telah berkarya untuk Indonesia. :)
Sumber: Bobo Online (dengan sedikit perubahan)
Konflik penting, lho, sahabat! Konflik berfungsi ntuk mendorong dan membangun sebuah cerita. Dengan adanya konflik, cerita menjadi dinamis. Pembaca akan penasaran, bagaimana konflik itu akhirnya terselesaikan. Pada dasarnya, konflik bisa dibagi dalam 4 jenis, yaitu:
1. Individu vs Individu
Tokoh utama berkonflik dengan tokoh lain dalam cerita. Misalnya, seorang anak yang selalu juara kelas berselisih dengan anak yang selalu curang dalam ulangan.
2. Individu vs Kelompok
Tokoh utama berkonflik dengan kelompok. Misalnya, seorang anak harus menghadapi segerombolan perampok.
3. Individu vs Diri Sendiri
Ada perang batin dalam diri tokoh utama. Misalnya, seorang anak yang mencuri karena mau menolong orang lain. Dia bingung apakah perbuatannya benar atau salah.
4. Individu vs Alam/Lingkungan
Tokoh utama berkonflik dengan alam atau lingkungan sekitar. Misalnya perjuangan seorang anak ketika musim kemarau panjang melanda desanya.
Nah, setelah kalian tahu tentang berbagai jenis konflik, aku punya beberapa tips nih untuk membuat konflik menarik!
1. Kalian bisa mengombinasikan jenis-jenis konflik di atas. Konflik dalam sebuah cerita boleh lebih dari satu. Namun, semua harus saling mendukung dan ada satu konflik utamanya.
2. Sebaiknya, konflik terselesaikan di dalam cerita. Jadi, ketika membuat konflik, tentukan juga solusinya, ya! Akhir cerita tidak harus bahagia, kok. Bisa juga sad ending atau akhir cerita sedih dan twist ending atau akhir cerita yang tak terduga oleh kita.
3. Kalau perlu, buatlah tabel konflik yang berisi konflik-konflik yang akan kamu tampilkan beserta cara penyelesaiannya.
4. Ceritakan penyelesaian konflik dengan cara masuk akal, tidak mengada-ada. Misalnya, dua anak berebut roti, tiba-tiba dilerai Nenek bijaksana. Bagaimana mungkin Nenek itu tiba-tiba muncul?
5. Buat konflik di awal cerita supaya pembaca tertarik. Jika kamu meletakkan konflik di belakang, pembaca keburu meninggalkan ceritamu karena bosan
Sumber: Bobo Online (dengan sedikit perubahan)
Keren ya, tipsnya, Naila.
ReplyDeletekak Bambang juga berpatokan seperti di atas, saat menulis konflik cerita.
Terus semangat menulis Naila.
Terimakasih Kak Bambang. Aih, maaf kak Bambang, kok baru kebaca sekarang ya? Hihi
Delete