Skip to main content

Hujan dan tentang Sang Ratu Angin

Sepanjang hari kemarin, rinai hujan menyapa. Turun membasahi ladang padi yang menguning, jalan setapak, dan padang rumput. Menguarkan aroma khasnya; bau ilalang, air, berbaur jerami. Aroma yang paling kusuka, yang langsung memasuki rongga hidung begitu jendela terbuka.

Ladang basah, dan kala itu orkestra para kodok terdengar dari Padang Senandung Katak. Kurasa, itu musik yang paling indah yang tercipta di alam.

Dari pagi hingga sore, sang surya mengubur diri dalam awan-awan kelabu yang tergulung di langit. Memunculkan diri hanya sebentar, usai itu lenyap dari pandangan.

Sang Ratu Angin melesat cepat melintasi pepohonan. Terbang di antara ranting cemara, dan menghilang bersama kabut. Kau takkan bisa menemukannya kembali, sampai dedaunan saling bergemerisik tanda ia akan datang.

Kau tahu, sebenarnya, sosok anggun itu ada di mana-mana. Bahkan kau tak tahu Ratu Angin telah berada di hadapan, ketika bertanya-tanya dimana gerangan.

Ah, aku selalu membicarakan Ratu Angin. Apa kalian bingung siapa dan bagaimana rupanya?

Ratu Angin mewakili hembus angin. Sosoknya tinggi, dengan jubah lembut tipis yang berkibar dan rambut ikal tergerai, jatuh di dahi pualamnya. Mahkota putih menghiasi kening. Gaun sutera biru berenda menyelimuti tubuh rampingnya.

Ia datang bersama hembus angin. Terkadang ia melesat cepaat sekali, membuat pepohonan melambai-lambai keras, dan suasana kelabu. Namun, kadang pula ia hanya bersenandung, sembari terbang santai di antara ilalang.

Senyum manis bak kuntum mawar selalu merekah, dan sepasang mata sebening kristal. Pepohonan seperti berbisik, membicarakan bagaimana anggun dan merdunya suara Ratu Angin.

Kau takkan bisa bermain petak umpet ataupun kejar-kejaran dengannya. Karena, seberapa cepat berlari, mudah baginya menemukanmu. Lenyap, lalu muncul-secara tiba-tiba - di depan muka.

Seperti hari itu.

Aku menyaksikan Sang Ratu Angin menari, terbang kian kemari di bawah tirai hujan.

Seandainya aku bisa bergabung dengannya di sana.

Comments

Popular posts from this blog

Syarat-Syarat Pengiriman Naskah KKPK

Untuk kalian yang ingin mengirim naskah ke penerbit, Dar! Mizan menerima naskah anak-anak nih!. Yaitu KKPK alias Kecil-Kecil Punya Karya. Yang belum tahu persyaratan mengirim naskah KKPK, ini dia syarat-syarat yang harus diperhatikan : Ketentuan Naskah novel dan kumpulan cerpen: 1. Usia penulis maksimal 12 tahun. 2. Jumlah halaman cerita minimal 45 halaman, maksimal 50 halaman. (tidak termasuk kata pengantar, ucapan terima kasih, daftar isi, halaman profil, dll). 3. Diketik kemudian diprint di kertas HVS A4, 1.5 spasi, Font: Times New Roman Besar Font: 12 pt. Dikirim ke alamat Penerbit Mizan ,   Jl. Cinambo No.135 , Cisaranten Wetan, Ujung Berung, Bandung 40294 4. Karya yang dikirim adalah karya asli perseorangan. Tidak boleh menjiplak dan mengadaptasi dari karya orang lain. 5. Karya tidak boleh menyinggung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan), kekerasan, ketidaksopanan terhadap teman, orang tua, dan guru. 6. Karya disertai dengan biodata lengkap...

Syarat Kirim Naskah ke Fantasteen

Buat kamu yang sudah gatal pengen nerbitin novel Fantasi, ayo, kirim ke redaksi Fantasteen DAR! Mizan... Caranya gampang kok, ikuti aja ketentuan dibawah ini  : Kirim naskah dengan tebal halaman 75-100 kertas A4 spasi 1,5  (hindari penggunaan jenis font Comic Sans) Usia untuk penulis Fantasteen adalah 13-18 tahun Fantasteen tidak menerima naskah-naskah bertema Romance Kirimkan naskah yang sudah diketik rapi dan di-print   ke alamat redaksi mizan via pos (Mizan tidak terima naskah via email)           Dilengkapi dengan :  Biodata lengkap (dengan nomor yang bisa dihubungi, dan alamat e-mail) Sinopsis cerita Ucapan terima kasih Foto terbaru pengarang  Naskah dalam bentuk digital Naskah yang diterbitkan adalah naskah terbaik setelah melalui   seleksi dan evaluasi selama maksimal 3 bulan. Naskah yang tidak layak terbit, akan kita kabari via surat atau telepon Naskah yang dikirimkan tidak bi...

Mendadak Hafizhah

 Oleh : NYS Naura melangkah ke luar. Tangannya menjinjing sebuah layangan. Hari ini, angin lumayan kencang. Pasti cocok untuk menerbangkan layangan. Naura menggulung benang. Bersiap berlari di tanah lapang berumput tipis karena sering terinjak anak-anak. Tetapi, tiba-tiba terdengar suara Ibu memanggil. “Nauraa, ganti baju, waktunya ngaji….” Naura menghela napas panjang. Ia paling tidak suka saat-saat itu. Mengganti celana training dengan rok, dan menyembunyikan rambut pendek dalam jilbab. Sebenarnya, ia hendak berlari sekencang-kencangnya. Berlari dengan angin, dan menari bersama layang-layang. Tetapi, Ibu memanggil untuk yang kedua kali. Dengan terpaksa, Naura bersiap-siap untuk mengaji. Tak lama kemudian, Naura, yang sifatnya seperti anak laki-laki itu ke luar kamar. Ia melangkah dengan gamis berwarna biru. Di punggungnya, tergantung sebuah ransel kecil berisi Iqra dan Juz Amma. Tetapi, layangan masih terlihat di tangan. Sambil tersenyum manis, Naura mencium tangan Ibu yang tenga...