Skip to main content

Pertama Kali Tampil di Panggung Sendirian


Pertama kali Sendirian di Panggung


yumna pidato.jpg
28-05-2016
Pagi itu bulan Mei yang indah. Sang ayam berkokok menyambut fajar datang. Burung-burung bersenandung ramai dengan bunga-bunga bergoyang di hembus angin.
Aku terbangun dari mimpi, melirik jam, lalu menguap lebar. Masih jam setengah tujuh. Rasanya malas sekali turun dari ranjang. Lagipula buat apa bangun sepagi ini? Acaranya juga dimulai jam delapan.
Sepasang mataku pun mulai terpejam kembali, menyelami dunia mimpi lagi.
***
Sepertinya baru sebentar terlelap, tapi sudah terdengar sayup-sayup suara Ibu membangunkan, sembari mengguncang-guncang tubuhku.
“Kak, bangun! Udah jam setengah delapan. Nanti terlambat lho!” ujar Ibu, membuatku membuka mata.
Aku pun beranjak dari tempat tidur, lalu memasuki kamar mandi.
***
“Ladies and gentleman. My beloved brothers and sisters, one message for you. You are … good alumni and … and…  duuuh apa ya? Lupa lagi, lupa lagi! Di bagian ini nih susahnya!” Sembari menunggu Bapak memanaskan mesin motor, aku menghafalkan pidato B. Inggris untuk acara pelepasan kelas 9 nanti. Lumayan susah. Tapi kenapa ya Pak Taufik mempercayakannya padaku?
***
Tak lama kemudian motor behenti di depan sekolah bercat hijau. Terlihat sebuah panggung di tengah lapangan, dan bangku-bangku di depannya. Alhamdulillah, ternyata acara belum dimulai.
Aku mencium punggung tangan Bapak. Ya, Bapak pulang terlebih dahulu, untuk menjemput Ibu dan adik-adikku untuk menyaksikan acara itu.
Aku bolak-balik panggung lima kali saat itu. Pertama, paduan suara bersama teman-teman, lalu memainkan angklung bersama mereka juga, dan ketiga mempersembahkan choral English Club dengan sahabat-sahabat yang ikut ekstakurikuler itu.
Saat itu Ibu, Bapak, dan adik kembar sudah datang, dan duduk di antara kursi penonton. Alhamdulillah. Perasaan gugup dan takut pun bekurang saat melihat kedatangan mereka.
Tiba-tiba, pembawa acara menyebutkan acara selanjutnya. “Ya Allah semoga bukan pidato..” gumamku. Dan ternyata… English Club! Tapi tetap saja aku takut. jangan-jangan setelah ini pidato Bahasa Inggris.
Saat aku bersiap-siap, Pak Taufik menghampiri. “Yumna, habis ini pidato ya!” ujarnya. Deg! Jantung pun kembali berdegup kencang. Duuh gimana nih… Benar kan apa yang aku bilang..
Hasilnya? Aku banyak melakukan salah saat choral, karena selalu memikirkan itu. Gimana kalau aku lupa di tengah-tengah saat pidato? Semoga enggak.
Tak lama kemudian, choral pun selesai. Lalu. teman-teman menuruni panggung, dan aku tetap berada di sana. Sendirian. Dengan ribuan orang yang menonton. Aku diberi mic. Seesaat hafalan pidato itu seperti hilang dari ingatan karena gugup sekali. Tapi, setelah melihat Ibu yang tersenyum sambil melambaikan tangan, aku jadi teringat. Aku harus membanggakan Ibu yang telah mendukung, serta Bapak yang ikut menonton di samping Ibu.
Aku menarik nafas panjang, berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan keberanian. Dan akhirnya aku bisa! Semua tatapan pun tertuju padaku. Tak menyangka, aku sukses dan berhasil berpidato sampai paragraf terakhir. Walaupun, masih ada yang salah karena gugup. Setelah mengucapkan salam penutup, tepuk tangan pun riuh bergemuruh memenuhi lapangan. Ibu kepala sekolah dan pak guru memotretku dari dekat dengan kamera. Alhamdulillah…
Kupandang Ibu yang tersenyum bangga sembari bertepuk tangan. Paling keras dari yang lainnya.
Menuruni panggung, aku segera berlari menuju Ibu dan Bapak. Melewati kerumunan anak-anak yang duduk di depan kelas-kelas. Mereka menatapku! Semuanya!
Ibu memelukku. Bapak menciumku. Itu hadiah paling indah dan berhasil mengobati perasaan takut.
“Tadi keren banget lho Kak! Ibu nggak nyangka!” ucap Ibu kagum.
“Iya, suaranya juga bagus kayak yang udah biasa pidato!” timpal Bapak mengulas senyum.
Ini pertama kalinya aku berdiri sendirian. Di depan para penonton yang menatap dengan serius ke arahku. Alhamdulillah aku tidak berhenti di tengah-tengah dan berlari ke belakang panggung seperti yang aku bayangkan.
Kelima … Lama sekali setelah itu..
Aku mempersembahkan Tari Nirmala bersama ketiga sahabatku, dengan busana yang indah. Ternyata Bapak sudah pulang duluan karena Aziz dan Azzam sudah mengantuk.
Setelah acara itu selesai aku makan nasi bungkus dengan es kelapa muda bersama Ibu. Lalu jajan roti bakar dan empek-empek yang lezat.

Comments

Popular posts from this blog

Syarat-Syarat Pengiriman Naskah KKPK

Untuk kalian yang ingin mengirim naskah ke penerbit, Dar! Mizan menerima naskah anak-anak nih!. Yaitu KKPK alias Kecil-Kecil Punya Karya. Yang belum tahu persyaratan mengirim naskah KKPK, ini dia syarat-syarat yang harus diperhatikan : Ketentuan Naskah novel dan kumpulan cerpen: 1. Usia penulis maksimal 12 tahun. 2. Jumlah halaman cerita minimal 45 halaman, maksimal 50 halaman. (tidak termasuk kata pengantar, ucapan terima kasih, daftar isi, halaman profil, dll). 3. Diketik kemudian diprint di kertas HVS A4, 1.5 spasi, Font: Times New Roman Besar Font: 12 pt. Dikirim ke alamat Penerbit Mizan ,   Jl. Cinambo No.135 , Cisaranten Wetan, Ujung Berung, Bandung 40294 4. Karya yang dikirim adalah karya asli perseorangan. Tidak boleh menjiplak dan mengadaptasi dari karya orang lain. 5. Karya tidak boleh menyinggung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan), kekerasan, ketidaksopanan terhadap teman, orang tua, dan guru. 6. Karya disertai dengan biodata lengkap: :

Tragedi Burung Perenjak dan Burung Kedasih

Teman-teman, aku ingin bercerita tentang burung kedasih yang menitipkan anaknya ke burung perenjak. Ini adalah tragedi yang menguras perasaan dari dunia burung. Ikutilah kisah burung prenjak dan burung kedasih ini. Dunia ilmu pengetahuan mengenalnya sebagai fenomena parasit sarang. Burung kedasih tidak bisa membuat sarang. Kelemahan itu ditambah lagi dengan tidak mau memelihara anaknya. Maka ketika ingin bertelur, burung kedasih mencari burung yang akan menjadi inang bagi anaknya. Seringkali incarannya adalah burung prenjak. Ketika burung prenjak masih di sarang, burung kedasih mengintipnya. Baru ketika burung prenjak terbang untuk mencari makan, burung kedasih segera bertelur di sarang burung prenjak. Coba perhatikan! Telur burung kedasih lebih besar dibanding burung prenjak. Tapi namanya juga burung, prenjak tidak curiga ada satu telur yang berbeda di antara telur-telurnya. Dia tidak menghitung berapa jumlah telur saat dia meninggalkannya. Telur burung kedasih yang

Syarat Mengirim Naskah Remaja/Anak ke Penerbit Republika

Assalamualaikum! Teman-teman, ada informasi baru sekaligus menyenangkan dari Penerbit Republika! Sekarang, Penerbit Republika menerima naskah remaja dan anak, lho! Biar lebih mudah, Yumna buat rinciannya, ya ;) Naskah berupa fiksi ataupun nonfiksi. Formatnya bisa dalam bentuk novel, novel, dongeng, fabel, cerita bergambar (dengan atau tanpa gambar), how to, atau yang lainnya. Tebal naskah maksimal 75 halaman, ukuran A4, spasi ganda, dan Times New Roman 12 Naskah dikirimkan lewat email (softcopy) : redaksipab@republikapenerbit.com , naskah juga bisa dikirim dalam bentuk hardcopy ke alamat :           Redaksi Republika Penerbit           Kav. Polri Blok 1 No. 65, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12260           Telp. 021-7819127/28 Ayo yang punya naskah remaja atau anak, segera kirim, ya! Selamat berkarya! Wassalamualaikum. Sumber : http://ayundanurular.blogspot.co.id