Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Puisi : Tanah Air kami, Harga Diri Kami

Tanah Air kami, Harga Diri Kami Karya : N. Yumna S. Dari negeri seberang mereka datang Menembus Tanjung Harapan Dengan kapalkapal besar 72 tahun silam Dengan rombongan mereka datang Namun niat berdagang terabaikan Hati mereka mulai penuh keserakahan Mereka curang! Hati mereka iblis Menguasai tanah orang hingga habis. Siapa yang tinggal diam? Siapa yang berpangku tangan? Ini tanah kami. Kehormatan kami Dengan gejolak kemarahan, kami menyerang Tak peduli lawan membawa senapan Hanya bambu runcing yang jadi saksi Dan keriskeris di dada kami Ini harga diri. Meskipun harus mati Dan peluru menembus detak nadi Kami tak peduli Hingga darah penghabisan, Tetap maju di barisan terdepan Menyeru kemerdekaan Menuntut kebebasan Ini harga diri Sekalipun nyawa di ujung tombak Atau dada kena tembak Kami tak peduli Hanya teriakanteriakan lantang Merobek cakrawala Allahuakbar! Merdeka! Sekalipun nyawa jadi taruhan

Membalas Insiden Merah Putih Terbalik : Untukmu Wahai Tetangga

Untukmu Wahai Tetangga, Karya : N. Yumna S. Bendera negara kami, bukanlah mainan... Melainkan kehormatan Yang butuh beribu nyawa tergadaikan Pertumpahan darah.. Lelah yang terabaikan ;hanya untuk berkibar Dan sekarang, Seenaknya kau hina bendera kami atas nama ketidaksengajaan? Kami Indonesia, bukan Polandia. Butuh perjuangan untuk merdeka Kami merah putih, bukan putih merah Yang kami perjuangkan dengan susah payah Tahukah kau Tuan, Bendera negara kami, adalah perjuangan Sekalipun nyawa terpisah dari raga, kami rela Meski harus menggadaikan nyawa Kami tak peduli, Karena ini harga diri Dan kini, Seenaknya kau ludahi bendera kami atas nama KETIDAKSENGAJAAN? Tunggulah Tuan... Waktu akan terus berjalan Dan lihatlah... sejarah yang akan balas dendam. Jonggol, 22 Agustus 2017

Ini Tanah kami!

A'thouna thufuli! Berikan kami kedamaian! Berikan kami hak untuk bermain! dan tempat untuk belajar! Kenapa kau merampas tanah kami? Merebut kehormatan kami? Menginjak harga diri kami sebagai muslim? Ini tanah kami! Tak malukah kau wahai penjajah laknatullah?! Kenapa kau bantai Ibu Bapak kami? teman-teman kami? Merobek bendera kami? Mengambil Al-Aqsa kami?! Matilah kau Israel Laknatullah! Biar batu-batu dan ketapel yang menjadi saksi kekejaman kau, Seorang anak-anak memegang batu kecil, dengan pria bersenjata di atas tank. Siapakah yang lemah dan yang kuat sekarang? Kau, atau kami? #SavePalestine #SaveAlAqsa #SaveChildern Palestine will be free.

Historical : Sejarah dari Sebuah Rumah Tua di Atas Bukit

Ibuku di depan rumahnya dulu Aku bisa melihat Mbah Putri berjongkok di depan tungku. Di belakangnya beberapa gadis kecil dan dua orang anak lelaki berkumpul untuk menunggu masakan matang sembari berdiang menghangatkan badan, sedang di luar, bukit-bukit berkabut menggigil dipeluk udara senja. Dan seorang gadis kecil berambut seperti anak laki-laki tengah berlarian menutup semua jendela di rumah besar berdinding anyaman bambu di atas bukit itu. Sembari memandang sang surya yang turun ke peraduannya. Terkadang, ia bertanya-tanya, sedang apa bola api itu bersembunyi di bebukitan? Apakah dia sedang bermain petak umpat dengan sang bulan? Setelahnya, ia akan berlari kembali ke dapur berlantai tanah untuk bergabung bersama saudara-saudaranya. Ya, itu tugasnya sebelum malam turun di langit petang. Menutup seluruh jendela yang jumlahnya sangat banyak. Juga, aku bisa melihat Mbah Kakung sedang menggiring ayam-ayamnya memasuki kandang di samping pekarangan. Atau seorang ana

Mbah Kakung dan KKPK Rahasia Aisyah

Membaca tidak memandang umur Mbah Kakung dan buku karyaku, KKPK Rahasia Aisyah. Ternyata Mbah suka banget baca buku. Buktinya buku-buku dongeng yang dibawain Ibu buat adikku Aziz Azzam malah habis dilahap Mbah. Herannya dan yang aku takjub dari Mbah itu masih bisa baca dengan jelas tanpa harus memakai kacamata, padahal umurnya sudah 81 tahun. Wihh hebat kan? Dan rencananya nanti aku dan ibu akan mengirimkan buku-buku buat Mbah. <3 Semoga nanti bisa baca buku karya Yumna selanjutnya ya... Aamiin yaa Allah... ^_^

Mimpi

Aku punya segudang mimpi. Impian yang tinggi, dan saking tingginya, rasanya aku hampir terjatuh oleh ejekan mereka. Ah tidak. Itu dulu. Kini aku tak pernah lagi mendengar tawa mereka ketika aku menceritakan harapan sepuluh tahun kelak. Apakah karena aku memilih diam? Bungkam, tak lagi bercerita tentang impianku keliling dunia. Atau... Apakah karena kata-kataku yang hanya dianggap lelucon itu sudah bukan hal baru lagi? Aku memang bukan orang berada seperti kalian. Tap i, aku akan berusaha menggapainya hingga kalian tak bisa berkata lagi. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa orang-orang yang berusaha akan sukses? Man jadda wa jadda. Meski hanya berbekal mantra itu untuk terus melangkah. Aku janji akan terus mendaki hingga ke puncak kesuksesan. Dan untuk kalian, orang2 yang telah meremehkan. Jika tengah membaca ini... Genggamlah janjiku erat. Tak perlu tahu lagi impian-impian yang tengah kurajut kini, percuma saja, karena seperti yang sudah-sudah, kalian akan menyambutnya de

Sajak dari Lembaran Bernyawa

Karya : Naila Yumna Salsabila Kau tersesat di loronglorong imaji Terpenjara dalam ilusi Kemana lagi kau harus pergi? Sejauh kaki berlari Hanya fatamorgana kau temui Waktu enggan merangkak Kau masih jua Mencari kepingkeping terserak Menyusuri jejak Cermincermin nan retak Kau menangis Membisu di gulita malam-malam sendu Mengabadikan sunyi yang terlukis Tak berani mengadu Ya, ini tentangmu Si gadis tanpa mimpi Yang tak mengerti arti harapan Karena semua hanya angan Yang tlah menjadi debu Di ujung titian kalbu Serupa karang Mungkin itu yang bisa mendeskripsikan Terhempas ombak besar Terkikis waktu, Dihinggap camar Ah! Haruskah iri dengan angin? Yang berembus tanpa beban Meski slalu menyaksikan Manusiamanusia penuh dosa yang hanya tahu kemaksiatan Kau tak berani menangis di hampar sajadah Mengadu Siapa kamu? Hanya si pendosa Yang hanya bisa menoda Kau torehkan luka di atas lembar tak bernyawa Yang tak mengerti arti sunyi

Sang Perampas

Karya : Naila Yumna Salsabila Wahai, Kalian, Tak bosankah dengan ejekan, hinaan Yang terlontar Merampas mimpi Membelenggu imaji . Wahai, Jujur aku bosan Tak bisa kau hentikan? Tuk membuat diri ini terperosok dalam lubang Keputusasaan . Untuk apa? Apa arti dari semua? . Wahai...kalian! Si pencuri harapan Torehkan tinta di lembaranlembaran ketidakpuasan . Apa? Kenapa? Seiring tandatanya yang belum terjawab Kau terbahak . “Karena kau beda” . Hanya itu jawabanmu? Ah ya, mungkin hanya itu . Siapa aku? Hanya seorang manusia Mengharap sesuatu nan fana . Seperti kalian semua, aku sama . Yang menjadi pembeda Aku ... Masih punya ... nurani. . Jonggol, 21 Mei 2017

Sumpah Pemuda-Sajak Untuk Para Pejuang Zaman Sekarang-

Wahai Pemuda Indonsia yang terbuai zaman Yang kini hidup dalam kemalasan Sibuk berhura-hura tak kenal perjuangan Para pemuda dahulu dalam penjajahan Wahai kalian para pemuda Tidakkah kau malu dengan mereka Yang tetap memperjuangkan Indonesia Di tengah senapan yang mengintainya Mereka... Berjuang mati-matian Menyerang, membela kebenaran Walau dada bersimbah darah, nyawa pun jadi taruhan Para pejuang tetap menjadi pahlawan Maju, maju dan terus maju Berbekal semangat memburu Walau senjata tak sehebat senapan dan peluru Tetap bertahan hingga darah penghabisan Tak kenal menyerah Meski sang mentari menguji langkah Meski lelah, perih, dan seringkali merintih Tak peduli demi mengibarkan kembali sang merah putih Hanya satu impian Yang menjadi harapan dan selalu dipanjatkan Mewujudkan kemerdekaan Dan menyejahterakan tanah air tersayang Hanya satu jua yang mereka pinta Usai berhasil merobek bendera Belanda Dan mengibarkan kembali sang merah putih te

Apa Arti Kata Cinta yang Sebenarnya?

Ini semua tentang cinta. Dari dan untuk dunia.  Dari lebah-lebah dan cawan madu yang bermekaran. Dari desiran ilalang di lembah penuh kunang-kunang, Dari dahan pepohonan yang melambai di bukit menjulang, Dari embun dan kabut dipeluk gigil fajar. Dari sapuan lembut awan di kanvas biru muda Serta semburat jingga menghias cakrawala.  Dan rinai hujan mencuci wajah dunia. Desahan angin yang berbisik di cabang-cabang cemara Debur ombak menghantam karang Dari bahasa alam yang tak semua orang memahaminya. Cinta, Tak harus diungkap oleh kata-kata Tak melulu soal rindu, memiliki, dan jatuh cinta. Ya, ini semua tentang cinta. Dari persahabatan Dari orang-orang sekitar Dari dunia. Ada begitu banyak cinta yang tak kau ketahui Hanya perlu membuka mata dan merasakannya. Jonggol, 18 Maret 2017

Hujan dan tentang Sang Ratu Angin

Sepanjang hari kemarin, rinai hujan menyapa. Turun membasahi ladang padi yang menguning, jalan setapak, dan padang rumput. Menguarkan aroma khasnya; bau ilalang, air, berbaur jerami. Aroma yang paling kusuka, yang langsung memasuki rongga hidung begitu jendela terbuka. Ladang basah, dan kala itu orkestra para kodok terdengar dari Padang Senandung Katak. Kurasa, itu musik yang paling indah yang tercipta di alam. Dari pagi hingga sore, sang surya mengubur diri dalam awan-awan  kelabu yang tergulung di langit. Memunculkan diri hanya sebentar, usai itu lenyap dari pandangan. Sang Ratu Angin melesat cepat melintasi pepohonan. Terbang di antara ranting cemara, dan menghilang bersama kabut. Kau takkan bisa menemukannya kembali, sampai dedaunan saling bergemerisik tanda ia akan datang. Kau tahu, sebenarnya, sosok anggun itu ada di mana-mana. Bahkan kau tak tahu Ratu Angin telah berada di hadapan, ketika bertanya-tanya dimana gerangan. Ah, aku selalu

Unforgettable in AKSIOMA (1)

Aku masih menunggu di ruang lomba. Sendirian. Hanya bersama selembar kertas berisi rentetan kata-kata dalam Bahasa Inggris. Ya, naskah pidato! Banyak pengalaman yang kudapatkan di ' lomba penting ' keduaku. *ceilah :p*. Kali ini, aku menuju penyeleksian tingkat kabupaten. Merasa jadi seseorang yang dipercaya oleh sekolah, rasanya? Campur aduk! Antara bangga, gugup, dan... takut... Kami--rombongan sekolahku--berangkat ke tempat pelaksanaan lomba. Hari itu, aku merasa saaaangat gugup. Aku berusaha melenyapkan rasa takut yang menjalar. Berulangkali membaca naskah pidato, aku bertanya kepada salah satu teman yang juga diikutkan lomba, namun berbeda cabang. "Kamu degdeg-an nggak?" Tapi temanku itu menggeleng. "Biasa aja!" ucapnya. Dalam hati, aku berterimakasih karena pidato Bahasa Inggris lebih mudah ketimbang Fisika. Sesampainya di gedung sekolah tempat pelaksanaan acara Aksioma 2017, setelah mendaftar ulang, aku dan guru pendamping segera ke ru