Skip to main content

Sumpah Pemuda-Sajak Untuk Para Pejuang Zaman Sekarang-


Wahai Pemuda Indonsia yang terbuai zaman
Yang kini hidup dalam kemalasan
Sibuk berhura-hura tak kenal perjuangan
Para pemuda dahulu dalam penjajahan


Wahai kalian para pemuda
Tidakkah kau malu dengan mereka
Yang tetap memperjuangkan Indonesia
Di tengah senapan yang mengintainya


Mereka...
Berjuang mati-matian
Menyerang, membela kebenaran
Walau dada bersimbah darah, nyawa pun jadi taruhan
Para pejuang tetap menjadi pahlawan

Maju, maju dan terus maju
Berbekal semangat memburu
Walau senjata tak sehebat senapan dan peluru
Tetap bertahan hingga darah penghabisan

Tak kenal menyerah
Meski sang mentari menguji langkah
Meski lelah, perih, dan seringkali merintih
Tak peduli demi mengibarkan kembali sang merah putih

Hanya satu impian
Yang menjadi harapan dan selalu dipanjatkan
Mewujudkan kemerdekaan
Dan menyejahterakan tanah air tersayang

Hanya satu jua yang mereka pinta
Usai berhasil merobek bendera Belanda
Dan mengibarkan kembali sang merah putih tercinta
;jagalah hasil dari perjuangannya

Terimakasih para pahlawan
Tlah menghantarkan kemerdekaan
Untuk zaman mendatang
Agar tak lagi merasakan kesengsaraan

Pesan dari mereka untuk para pejuang zaman sekarang
Pertahankan bendera indonesia
Gapai impian dan yakin kau bisa
Biarpun terjatuh, kau akan terjatuh di antara bintang-bintang

Hari Sumpah Pemuda, 2016

N.B. Puisi ini pernah diikutkan dalam Lomba Puisi Dalam Rangka Hari Sumpah Pemuda dan berhasil meraih juara 1

Comments

Popular posts from this blog

Syarat-Syarat Pengiriman Naskah KKPK

Untuk kalian yang ingin mengirim naskah ke penerbit, Dar! Mizan menerima naskah anak-anak nih!. Yaitu KKPK alias Kecil-Kecil Punya Karya. Yang belum tahu persyaratan mengirim naskah KKPK, ini dia syarat-syarat yang harus diperhatikan : Ketentuan Naskah novel dan kumpulan cerpen: 1. Usia penulis maksimal 12 tahun. 2. Jumlah halaman cerita minimal 45 halaman, maksimal 50 halaman. (tidak termasuk kata pengantar, ucapan terima kasih, daftar isi, halaman profil, dll). 3. Diketik kemudian diprint di kertas HVS A4, 1.5 spasi, Font: Times New Roman Besar Font: 12 pt. Dikirim ke alamat Penerbit Mizan ,   Jl. Cinambo No.135 , Cisaranten Wetan, Ujung Berung, Bandung 40294 4. Karya yang dikirim adalah karya asli perseorangan. Tidak boleh menjiplak dan mengadaptasi dari karya orang lain. 5. Karya tidak boleh menyinggung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan), kekerasan, ketidaksopanan terhadap teman, orang tua, dan guru. 6. Karya disertai dengan biodata lengkap...

Syarat Kirim Naskah ke Fantasteen

Buat kamu yang sudah gatal pengen nerbitin novel Fantasi, ayo, kirim ke redaksi Fantasteen DAR! Mizan... Caranya gampang kok, ikuti aja ketentuan dibawah ini  : Kirim naskah dengan tebal halaman 75-100 kertas A4 spasi 1,5  (hindari penggunaan jenis font Comic Sans) Usia untuk penulis Fantasteen adalah 13-18 tahun Fantasteen tidak menerima naskah-naskah bertema Romance Kirimkan naskah yang sudah diketik rapi dan di-print   ke alamat redaksi mizan via pos (Mizan tidak terima naskah via email)           Dilengkapi dengan :  Biodata lengkap (dengan nomor yang bisa dihubungi, dan alamat e-mail) Sinopsis cerita Ucapan terima kasih Foto terbaru pengarang  Naskah dalam bentuk digital Naskah yang diterbitkan adalah naskah terbaik setelah melalui   seleksi dan evaluasi selama maksimal 3 bulan. Naskah yang tidak layak terbit, akan kita kabari via surat atau telepon Naskah yang dikirimkan tidak bi...

Mendadak Hafizhah

 Oleh : NYS Naura melangkah ke luar. Tangannya menjinjing sebuah layangan. Hari ini, angin lumayan kencang. Pasti cocok untuk menerbangkan layangan. Naura menggulung benang. Bersiap berlari di tanah lapang berumput tipis karena sering terinjak anak-anak. Tetapi, tiba-tiba terdengar suara Ibu memanggil. “Nauraa, ganti baju, waktunya ngaji….” Naura menghela napas panjang. Ia paling tidak suka saat-saat itu. Mengganti celana training dengan rok, dan menyembunyikan rambut pendek dalam jilbab. Sebenarnya, ia hendak berlari sekencang-kencangnya. Berlari dengan angin, dan menari bersama layang-layang. Tetapi, Ibu memanggil untuk yang kedua kali. Dengan terpaksa, Naura bersiap-siap untuk mengaji. Tak lama kemudian, Naura, yang sifatnya seperti anak laki-laki itu ke luar kamar. Ia melangkah dengan gamis berwarna biru. Di punggungnya, tergantung sebuah ransel kecil berisi Iqra dan Juz Amma. Tetapi, layangan masih terlihat di tangan. Sambil tersenyum manis, Naura mencium tangan Ibu yang tenga...