بسم الله الرحمن الرحيم
Lagi-lagi, malam ini, suasana kamar dipenuhi celoteh tentang gadis itu. Gadis yang seakan menyihir pandangan para santriwati di kamar nomor 169. Seorang perempuan yang sempurna, setidaknya menurut mereka.
Jika kau bertemu dan hanya sekilas mengenalnya, mungkin kau akan bertanya-tanya, sempurna? Dari mana?
Tidak, ia sempurna bukan karena kecantikan yang dipoles make up. Tapi karena aura ketenangan yang terpancar dari hatinya. Matanya teduh bak naungan pepohonan di tepi telaga surga. Senyumnya hangat, lebih hangat daripada perapian dari rumah terhangat di seluruh dunia.
Kecerdasannya bukanlah karena menduduki peringkat 5 besar di kelas, atau bukan pula karena aktif di organisasi2 asrama.
Ia cerdas, dari pemikirannya yang dewasa dan bijaksana. Aktif dan dikenal karena rasa kepedulian terhadap sesama. Meski hanya satu dua patah kata yang terucap, tutur katanya bukanlah sebuah kalimat sia-sia belaka, namun tasbih yang diam-diam selalu dibisikkannya.
Ya, ia sempurna.
Berasal dari keluarga berada, namun selalu tampil dengan sikap sederhana, gamis sederhana, kerudung syari yang menutupi rambutnya.
Ya, ia sempurna.
Bukan karena ia seorang gadis yang memiliki segalanya
Dikagumi karena akhlakul karimah yang menghiasi hatinya.
Mungkin inilah yang dimaksud oleh Rasulullah SAW :
''Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Jika Allah -Ta'ālā- mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa Allah -Ta'ālā- mencintai si fulan, maka cintailah si fulan itu. Jibril pun lalu mencintainya. Selanjutnya ia berseru di tengah-tengah para penghuni langit, "Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah oleh kalian si fulan." Para penghuni langit pun mencintainya. Setelah itu, kecintaan kepadanya diteruskan di bumi.
Di dalam sebuah riwayat disebutkan, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- apabila mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, 'Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia.' Jibril pun mencintainya dan menyeru di langit. Ia berkata, 'Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah oleh kalian semua si fulan itu.' Orang itu pun dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya penerimaan terhadapnya diletakkan di bumi. Jika Allah membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, 'Sesungguhnya Aku membenci si fulan, maka bencilah engkau kepadanya.' Jibril pun membencinya lalu berseru di tengah-tengah penghuni langit, 'Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah kalian kepadanya.' Mereka pun membencinya. Selanjutnya kebencian kepadanya diletakkan di bumi."
[Hadis sahih] - [Muttafaq 'alaih]
Comments
Post a Comment
Kotak Komentar >> Tinggalkan jejakmu berupa kritik, saran, atau komentar yang mendukung. Terima kasih.